Manusia Dan Keindahan
I. KEINDAHAN
Kata keindahan berasal dari kata indah yang berarti
molek, bagus, permai, cantik, dan sebagainya. Keindahan merupakan daya tarik
seni dari suatu hal.
1. Pengertian Keindahan
Keindahan pada dasarnya adalah
sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal (obyek) yang
memberi kepuasan bagi penyerapnya.
·
Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang
didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang
indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai
sesuatu yang selain baik juga menyenangkan.
·
Keindahan dalam arti
estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang dilihatnya.
·
Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut
benda-benda yang dicerna dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk
dan warna.
Keindahan atau keelokan
merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang
memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang,
cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari
estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang
ideal" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang
dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
2. Perbedaan
Keindahan Sebagai Suatu Kualitas Abstrak Dan Sebuah Benda Tertentu Yang Indah
Sebenarnya sulit bagi kita
untuk menyatakan apakah keindahan itu. Keindahan itu suatu konsep abstrak yang
tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah
dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain
keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan
bentuk itu keindahan berkomunikasi. Menurut cakupannya orang harus membedakan
keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang
indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beauty”
(keindahan) dan “the beautiful” (benda atau hal indah).
Keindahan abstrak adalah suatu
konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu
baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu
karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan
dengan suatu bentuk.
Keindahan pada benda tertentu
adalah keindahan yang memiliki konsep pemahaman dan nilai yang berbeda dengan
kualitas abstrak di mana benda yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu yang
mewakili keindahan secara umum dan dapat dengan mudah diterima maupun dipahami
oleh masyarakat.
3. Pengertian
Keindahan Menurut Luasnya
a. Keindahan Dalam Arti Luas
dalam arti yang luas,
sebenarnya pengertian ini masih diambil dari bangsa yunani yang didalamnya
mencakup pula kebaikan. Menurut beberapa ahli antara lain :
1. Plato mengatakan bahwa watak yang indah adalah hokum yang
indah;
2. Aristoteles mengatakan bahwa keondahan
merupakan sesuatu yang selain baik juga menyenangkan;
3. Plotinus menuliskan dalam bukunya tentang ilmu yang indah dan
kebijakan yang indah.
Dari beberapa ahli tersebut,
bangsa Yunani tetap mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu ilmu dan ada yang
indah dan akan terus berlangsung.bangsa yunani lebih berbicara tentang arti
keindahan dalam arti estetik yang disebut sebagai ‘symmetria” untuk keindahan
yang berdasarkan penglihatan semata dan harmonia untuk keindahan yang
berdasarkan pendengaran. Keindahan yang seluas-luasnya meliputi :
a)
Keindahan seni
Keindahan seni adalah
keindahan yang tercipta dari hasil karya seseorang tehadap seni. Seni sering
sekali menjadi penghubung keindahan agar bisa dinikmati oleh pengamat objeknya.
Seseorang paling dominan menikmati keindahan itu lewat seni.
b)
Keindahan alam
Keindahan alam adalah
keindahan yang sudah ada di alam sekitar kita. Keindahan yang ada bisa
dinikmati oleh penglihatan kita.
c)
Keindahan moral
Keindahan moral adalah
keindahan yang tercipta dari tingkah laku dan perilaku kita sehari-hari.
d) Keindahan Intelektual
Keindahan intelektual adalah
pemikiran yang indah berdasarkan ilmu pengetahuan. Tulisan ini bukanlah mencari
pengertian mengenai kata keindahan intelektual.
b. keindahan dalam arti estetis murni
Keindahan dalam arti estetik
murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan
segala sesuatu yang dicerapnya.
c. keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya
dengan penglihatan
Keindahan dalam arti terbatas
lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan
penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
4. Nilai Estetik
Dalam rangka teori umum
tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap
sebagai salah satu jenis nilai sepertihalnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai
pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang
tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu
realitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari
kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu
sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai
terbukti ketidakbenarannya.
Ada 2 nilai
yang penting dalam Keindahan :
- Nilai ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat
atau membantu untuk sesuatu hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan
kasar.
- Nilai intrinsik yakni sifat baik yang terkandung di dalam
atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut. Contohnya pesan
yang akan disampaikan dalam suatu tarian.
Teori estetika keindahan menurut Jean M. Filo dalam bukunya “Current Concepts of Art” dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar, yaitu :
·
Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu bersifat
subjektif adanya, yakni karena manusianya menciptakan penilaian indah dan
kurang indah dalam pikirannya sendiri.
·
Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan bersifat
objektif adanya, yakni karena keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada
pada suatu objek.
·
Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu
merupakan pertemuan antara yang subjektif dan yang objektif, artinya kualitas
keindahan itu baru ada apabila terjadi pertemuan antara subjek manusia dan
objek substansi.
Ada tiga hal yang nyata ketika
seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu indah, apabila ada keutuhan (Integrity) ada keselarasan
(Harmony) serta kejelasan (Clearity)
pada objek tersebut. Ini biasanya disebut sebagai hukum keindahan.
Keindahan itu sendiri datangnya dari
Tuhan, seperti manusia yang merupakan ciptaaan Tuhan yang memiliki keindahan
misalnya wanita menjadi cantik jika dari dalam dirinya cantik dan akan
terpancar aura keindahannya, begitu pula dengan pria. Maka dari itu keindahan
merupakan satu kesatuan.
Pengungkapan
keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan
tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai
penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan
nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi
lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia,
martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati.
Ada beberapa alasan mengapa
manusia menciptakan keindahan, yaitu sebagai berikut:
Ø Tata nilai yang telah usang
Ø Kemerosotan Zaman
Ø Penderitaan Manusia
Ø Keagungan Tuhan
5. Perbedaaan Nilai
Ekstrinsik Dan Nilai Intrinsik
Menurut kadarnya nilai
digolongkan atas nilai Ekstrinsik dan nilai Intrinsik.
·
Nilai ekstrinsik (instrumental
value/contributory value) yaitu sifat baik dari suatu benda dipandang dari
segi peranan membantu memberi sifat baik tersebut.
·
Nilai intrinsik (consummatory
value) yaitu sifat baik dalam diri suatu bendademi kepentingan benda
tersebut. Nilai intrinsik ini adalah: kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Berikut adalah contoh
perbedaan nilai ekstrinsik dan nilai intrinsic :
1.
Puisi bentuk puisi yang terdiri dari bahasa diksi,
baris, sajak, irama, itu disebut nilai Ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin
disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai
Instrinsik.
2. Tari, tarian Darmawulan –
minakjinggo merupakan suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam
jenis pakaian dan gerak – geriknya. Tarian itu merupakan nilai ekstrinsik,
sedangkan pesan yang ingin disampaikan tarian itu adalah kebaikan melawan
kejahatan merupakan nilai Instrinsik.
Nilai Ekstrinsik
dan Nilai Ekstrinsik dalam Keindahan
·
Nilai intrinsik adalah nilai yang lebih kepada
penilaian berdasarkan pada apa yang terlihat saja oleh mata dan imajinasi
seseorang, tanpa mempertimbangkan aspek lain. Dengan kata lain nilai intrinsik
adalah nilai-nilai yang berasal dari penilaian panca indra yang hanya
berdasarkan pada logika.
·
Nilai ekstrinsik adalah nilai-nilai yang tidak dapat
dinilai oleh panca indra, berkenaan aspek kejiwaan, filsafat atau psikologi,
serba noumena, transendental. Nilai ekstrinsik hanya bisa dirasai oleh jiwa, intuisi
dan naluri dengan pendekatan ilmu, filsafat, kebudayaan dan sisi pribadi
individu.
Gambaran bahwa keindahan juga memiliki nilai
ekstrinsik dan nilai instrinsik:
Nilai ekstrinsik dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk menyempurnakan suatu keindahan. Contoh Sebuah musik jika tidak
dibantu dengan nada dan irama yang pas, maka musik itu tidak akan terdengar
indah di telinga.
Nilai intrinsik dapat diartikan dengan
nilai yang terkandung dalam suatu keindahan. Contoh Lukisan yang dibuat oleh
tangan manusia memiliki arti dan maksud dari lukisan yang ia buat. Dalam arti
luas adalah pendeskripsian dari lukisan yang dibuat.
Nilai keindahan instrinsik adalah
nilai yang berbentuk seni dan dapat dirasakan dengan indra mata, telinga, atau
keduanya. Nilai dengan bentuk ini kadang juga disebut nilai struktur, yaitu
mengenai cara menyusun nilai-nilai ekstrinsiknya yang diperoleh
dari rangkaian peristiwa. Semuanya disusun sedemikian rupa sehingga menjadi
susunan yang terstruktur dan dinamis oleh nilai instrinsik. Cara menyusun
bentuk susuna tersebut melahirkan sebuah cerita. Kumpulan peristiwa yang sama
oleh dua orang penulis mungkin saja disusun berdasarkan urutan atau struktur
yang berbeda, sehingga nilai seninya juga berbeda.
Ada beragam hasil seni budaya yang menggunakan pendekatan ekstrinsik dan
pendekatan intrinsik dan melalui proses penghayatan kita dapat mengetahui
alasan mereka atau seniman menciptakan keindahan melalui hasil seni.
6. Pengertian
Kontemplasi Dan Ekstansi
Keindahan dapat di golongkan
menurut selera seni maupun selera biasa. Setiap manusia memiliki rasa atau
selera tentang keindahan. Keindahan yang di dasarkan pada selera seni di
dukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi merupakan dasar
dari pemikirian manusia untuk menyatakan keindahan. Sedangkan ekstansi
merasakan atau menikmati suatu keindahan. Jadi kontemplasi dan ekstansi saling
keterhubungan. Sehingga manusia dapat merasakan suatu keindahan dan kemudian
dinyatakan oleh ungkapan.
Kontemplasi adalah suatu proses
bermeditasi, merenungkan atau berfikir penuh dan mendalam untuk mencari
nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan. Dalam
kehidupan sehari-hari orang mungkin berkontemplasi dengan dirinya sendiri atau
mungkin juga dengan benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan peristiwa kehidupan
tertentu yang berkenaan dengan dirinya atau diluar dirinya.
Di kalangan umum kontemplasi
di artikan sebagai aktivitas melihat dengan mata atau dengan pikiran untuk
mencari sesuatu dibalik yang tampak atau tersurat misalnya, dalam ekspresi
seseorang sedang berkontemplasi dengan bayang-bayang dirinya di muka cermin. Dalam
artikelnya, Armein Z. R. Langi. menjelaskan arti dan pentingnya kontemplasi
dalam hidup kita. Menurut Armein “kontemplasi mirip dengan meditasi tapi tidak
sepenuhnya mengosongkan pikiran. Kontemplasi lebih pada merasakan kehadiran
Tuhan, memikirkan dan merenungkan konsep kehidupan. Mengevaluasi diri.
Menghayati jalannya hidup kita”. Masih menurut Armein pentingnya kontemplasi
adalah “untuk mencegah kita hidup terlalu menuruti kebiasaan (habbits)”.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan,
merasakan, dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kontemplasi dan Ekstansi
itu di hubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong
untuk menciptakan keindahan, sedangkan Ekstansi merupakan faktor pendorong
untuk merasakan, menikmati keindahan. Karena derajat atau tingkat Kontemplasi
dan Ekstansi itu berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap
keindahan karya seni juga berbeda-beda.
II. RENUNGAN
Renungan berasal
dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu
dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk
menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah :
TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori
ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” ( seni adalah suatu
pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini terutama bertalian dengan apa
yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh
teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce
(1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
“aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain
menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan
dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah
pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal
individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian
pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti misalnya images
wama, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni
dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis
seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
TEORI METAFISIK
Teori semi yang
bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari
Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati,
konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan
suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan rnetafisika Plato
yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita
Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan
cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia
hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita duniawi Sebagai contoh Plato
mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah sempurna ciptaan Tuhan.
Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan
ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu
dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan
dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat
menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara
Republik yang ideal menurut Plato.
TEORI PSIKOLOGIS
Teori-teori
metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan
konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak
memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam
abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam
pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya
berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah
pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya
seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar
dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori
permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert
Spencer (1820-1903).
III. KESERASIAN
Keserasian berasal
dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan
sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan,
pertentangan, ukuran dan seimbang. Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang
berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah, atau
disesuaikan dengan kulitnya.
TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie
dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada
dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok
dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah
keindahan menampakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat
dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari
persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai
teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori
obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori
subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori
obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai
estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah
yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang
hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan
sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah
ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap
bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad
ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif,
menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak
ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati sesuatu benda.
Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu.
Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu
diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik
sebagai tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori subyektif
ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda
dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa
menyukai atau menikmati benda itu.
TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif
memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas bagaimana
yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani
Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai
abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa
banyak tiang besar. Dan dalam ilmu Yunani Kuno teori perimbangan dalam
keindahan dianggap sebagai kualitas dari benda benda yang disusun.
KESIMPULAN
Keindahan tidak dapat dilihat, melainkan dapat
dirasakan. Keindahan memiliki arti dan cakupan yang cukup luas. Keindahan
memiliki nilai-nilai estetika yang berhubungan dengan keindahan tersebut. Ada
tiga hal yang nyata ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu indah,
apabila ada keutuhan (Integrity) ada keselarasan (Harmony) serta kejelasan
(Clearity) pada objek tersebut. Ini biasanya disebut sebagai hukum keindahan.
Untuk merasakan
keindahan, maka diperlukan sebuah renungan. Dan di dalam renungan itu terdapat
banyak teori yang berbeda yang menjelaskan bahwa renungan memiliki banyak macam
cara untuk mendeskripsikannya.
Dalam keindahan haruslah
terdapat sebuah keserasian antara satu hal dengan hal lainnya. Pada teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang
mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada
bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Teori
subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu
tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati sesuatu
benda.
DAFTAR PUSTAKA